“
Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
tetiba teringat hadits ini ...
alhamdulillah, sependek ini dikaruniai banyak sekali teman teman shalihah, meski dengan berbagai cara pandang yang berbeda, tetiba teringat sejak berjualan, banyak sekali teman teman baru bermunculan...
awalnya merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka, tapi lama kelamaan, apa yang mereka kerjakan semua benar dan baik... jadi kuputuskan,,,, apa apa yang baik dari mereka selama itu berdasar atas sunnah rasulullah, terima saja, justru sekarang jadi lebih banyak belajar dari mereka...
mereka yang sangat menjaga dirinya,
mereka yang selalu patuh pada suaminya,
mereka yang gigih mendidik anak anaknya,
mereka yang gemar mencari ilmu,
alhamdulillah
artikel muslim.or.id
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur
bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan
sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa
seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jelek, sebaliknya
manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang
yang baik.
Pengaruh Teman Bagi Seseorang
Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan
kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak
sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan
bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ
وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ،
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا
طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا
أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“
Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi
mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak
wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum
darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai
pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang
tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Perintah Untuk Mencari Teman yang Baik dan Menjauhi Teman yang Jelek
Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas dalam Bab :
Anjuran Untuk Berteman dengan Orang Shalih dan Menjauhi Teman yang
Buruk”. Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini
terdapat permisalan teman yang shalih dengan seorang penjual minyak
wangi dan teman yang jelek dengan seorang pandai besi. Hadits ini juga
menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang
memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga
terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan
orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.” (
Syarh Shahih Muslim 4/227)
Ibnu Hajar Al Asqalani
rahimahullah mengatakan : “Hadits di
ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak
agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar
bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan
dunia.”(
Fathul Bari 4/324)
Manfaat Berteman dengan Orang yang Baik
Hadits di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan teman yang baik
akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan
menjadi baik atau minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang
dilakukan teman kita.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’adi
rahimahullah
menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
permisalan pertemanan dengan dua contoh (yakni penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi). Bergaul bersama dengan teman yang shalih akan
mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan
memeberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi. Bisa jadi dengan
diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk
bersanding dengannya , engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum
minyak wangi tersebut. Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang
berteman dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama daripada
harumnya aroma minyak wangi. Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang
bermanfaat bagi dunia dan agamamu. Dia juga akan memeberimu nasihat. Dia
juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka. Di juga
senantiasa memotivasi dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada kedua
orangtua, menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan
dirimu. Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan,
perbuatan, maupun bersikap. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti
sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya
saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi
sebaliknya.
Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada
manfaat lain yang penting jika berteman dengan orang yang shalih.
Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan
maksiat. Teman yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan
mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan.
Dia juga akan senantiasa menjagamu baik ketika bersamamu maupun tidak,
dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan doanya kepadamu,
baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada. Dia juga
akan membantu menghilangkan kesulitanmu karena persahabatannya denganmu
dan kecintaanya kepadamu. (
Bahjatu Quluubil Abrar, 148)
Mudharat Berteman dengan Orang yang Jelek
Sebaliknya, bergaul dengan teman yang buruk juga ada dua kemungkinan
yang kedua-duanya buruk. Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut
memperoleh kejelekan yang dilakukan
teman kita. Syaikh As Sa’di
rahimahulah
juga menjelaskan bahwa berteman dengan teman yang buruk memberikan
dampak yang sebaliknya. Orang yang bersifat jelek dapat mendatangkan
bahaya bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan
dari segala aspek bagi orang yang bergaul bersamanya. Sungguh betapa
banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan
betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju
kehancuran, baik mereka sadari maupun tidak. Oleh karena itu, sungguh
merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman
yaitu Allah memberinya taufik berupa teman yang baik. Sebaliknya,
hukuman bagi seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang
buruk. (
Bahjatu Qulubil Abrar, 185)
Kebaikan Seseorang Bisa Dilihat Dari Temannya
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman
sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab
itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita
agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“
Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Jangan Sampai Menyesal di Akhirat
Memilih teman yang jelek akan menyebakan rusak agama seseorang.
Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman
yang jelek sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus
dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah berikut :
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي
اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ
أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ
جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
“
Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya
seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul.
Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai
teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an
sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong
manusia” (Al Furqan:27-29)
Lihatlah bagiamana Allah menggambarkan seseorang yang teah menjadikan
orang-orang yang jelek sebagai teman-temannya di dunia sehingga di
akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.
Sifat Teman yang Baik
Ibnu Qudamah Al Maqdisi
rahimahullah berkata :
وفى جملة، فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال : أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا
“
Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat
memiliki lima sifat berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang
baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus
dengan dunia” (
Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).
Kemudian beliau menjelaskan : “Akal merupakan modal utama. Tidak ada
kebaikan berteman dengan orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh, dia
ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Yang dimaksud
dengan orang yang berakal adalah orang yang memamahai segala sesuatu
sesuai dengan hakekatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia
menjelaskan kepada orang ain. Teman yang baik juga harus memiliki akhlak
yang mulia. Karena betapa banyak orang yang berakal dikuasai oleh rasa
marah dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan
berteman dengannya. Sedangkan orang yang fasik, dia tidak memiliki rasa
takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah,
tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan
berteman denagn ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu
dengan kejelekan bid’ahnya. (
Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37)
Hendaknya Orang Tua Memantau Pergaulan Anaknya
Kewajiban bagi orang tua adalah mendidik anak-anaknya. Termasuk dalam
hal ini memantau pergaulan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang sudah
mendapat pendidikan yang bagus dari orang tuanya, namun dirusak oleh
pergaulan yang buruk dari teman-temannya. Hendaknya orangtua
memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anaknya, karena setap orang
tua adalah pemimpin bagikeluarganya, dan setiap pemimpin kan dimintai
pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Allah
Ta’ala juga berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ
شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُون
“
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan “ (At Tahrim:6).
Semoga Allah
Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga
kita dari pengaruh teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama
teman-teman yang baik. Wallahul musta’an.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
—
Penulis: Adika Mianoki
Artikel
Muslim.Or.Id