Ibnu Qayyim Al-Jauziyah bertutur: ”Jika manusia tahu bahwa kematian mengehentikannya dalam beraktivitas, maka ia pasti akan melakukan perbuatan dalam hidupnya yang pahalanya terus mengalir setelah mati.” semoga catatan ini menjadi salah satunya ... bismillah by: www.familyonline-shop.com

Selasa, 30 Juni 2015

mati

tetiba semalem ketiduran pas nenenin fawwaz, dan belum shalat isya, mungkin kelelahan di kereta, akhir2 ini memang comuter line serasa lebih sesak, sehingga badan rasany lebih cepat lelah, eh atau ini efek melahirkan anak kedua ya...


dan semalem entah apa yang saya fikirkan, tapi saya bersyukur dapet mimpi tentang mati

jadi tetiba saya mimpi, salah seorang teman meninggal, dan saat proses penguburan jenazahnya, jenazahnya di lempar oleh temen saya juga, dan saat dilempar itu jenazahnya tercabik cabik, trus seperti orang kesurupan jenazah itu menghentak2kan badannya dan ingin kembali ke dunia ingin bersedekah lebih banyak.

udah langsunglah saya bangun dan ketakutan, badan rasanya juga capek bgt, sampe2 saya minum susu 3 kotak, minum air putih satu gelas, buru2 shalat isya...



Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Alloh, bagi-Nyalah segala penentuan. Dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Al Qoshosh: 88)

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, ia berkata: ‘Ya Robbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang sholeh yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al Mu’minun: 99-100)

“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan. Yaitu kematian!” (HR At Tirmidzi no. 2460

“Ada dua kenikmatan yang seringkali mayoritas manusia tertipu dn merugi di dalamnya. Yakni kesehatan dan kesempatan,” ungkap Rosululloh Sholollohu alaihi wasallam dalam sebuah hadits shohih. (HR Bukhori no. 5933 dan At Tirmidzi no. 2226) 

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al Hasyr: 18)
 
 
Ya Allah jadikanlah kematian kami khusnul khotimah, berkahilah dan terimalah amalan amalan kami.. aamiin
   

Senin, 22 Juni 2015

"sementara"




duh, karena rasa kangen yang begitu mendalam kepada mas harits, hampir tiap hari musti telp sekali dua kali tiga kali ...

tanggal 15 Juni 2015 mas harits akhirnya dianter ke kebumen, bersama eka (pengasuh fawwaz) yang sakit, sebenernya sakitnya gak terlalu parah, cuma batuk dan radang tenggorokan, teteapi eh tetapi karena sakitnya itu, (semua rumah saya yang bereskan dan fawwaz saya yang pegang) akhirnya saya jadi tahu beberapa hal buruk tentang ia, yang bikin illfill buanget deh,
akhirnya kebetulan banget eka minta istirahat di rumah, yasudah, sekalian kuanter dan sepertinya gak kuminta balik lagi ... maapken ya ka

tanggal 15 juni jam 18.00 berangkat, mendadak, eka baru bilang pengen pulang jam 3 sore, langsung beli tiket lah via 021 121, jam 15.30 fixed keputusan harits di rumah kebumen, jam 15.30 mas harits dijemput bang dul dan idwan ke daycare, jam 4 kami berangkat ke stasiun naik taxi bareng eka fawwas dan harits, nyampe stasiun jam 17.30, syaa masih harus nuker tiket dan beli tiket bayi, dan akhirnya alhamdulillah 17.55 bisa duduk di kereta sawunggalih malam, dan 5 menit kemudian kereta berangkat...

jam 1 dinihari sampai gombong, dan ternyata abinya harits langsung ngebeliin tiket ke jkt hari selasa malem,,,, semangat fawwaz, alhamdulillah sepanjag perjalanan fawwaz anteng dan tidur...

semangat mas harits, jangan lupakan ummi ya nak, bentar lagi kita berkumpul bersama lagi yes...






pengaruh teman bergaul

Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)


tetiba teringat hadits ini ...

alhamdulillah, sependek ini dikaruniai banyak sekali teman teman shalihah, meski dengan berbagai cara pandang yang berbeda, tetiba teringat sejak berjualan, banyak sekali teman teman baru bermunculan...
awalnya merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka, tapi lama kelamaan, apa yang mereka kerjakan semua benar dan baik... jadi kuputuskan,,,, apa apa yang baik dari mereka selama itu berdasar atas sunnah rasulullah, terima saja, justru sekarang jadi lebih banyak belajar dari mereka...

mereka yang sangat menjaga dirinya,
mereka yang selalu patuh pada suaminya,
mereka yang gigih mendidik anak anaknya,
mereka yang gemar mencari ilmu,

alhamdulillah

artikel muslim.or.id


Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jelek, sebaliknya manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang baik.

Pengaruh Teman Bagi Seseorang

Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Perintah Untuk Mencari Teman yang Baik dan Menjauhi Teman yang Jelek

Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas dalam Bab : Anjuran Untuk Berteman dengan Orang Shalih dan Menjauhi Teman yang Buruk”. Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat permisalan teman yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan teman yang jelek dengan seorang pandai besi. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.” (Syarh Shahih Muslim 4/227)
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan : “Hadits di ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”( Fathul Bari 4/324)

Manfaat Berteman dengan Orang yang Baik

Hadits di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan teman yang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan menjadi baik atau minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’adi rahimahullah menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan pertemanan dengan dua contoh (yakni penjual minyak wangi dan seorang pandai besi). Bergaul bersama dengan teman yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan memeberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi. Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk bersanding dengannya , engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum minyak wangi tersebut. Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama daripada harumnya aroma minyak wangi. Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agamamu. Dia juga akan memeberimu nasihat. Dia juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka. Di juga senantiasa memotivasi dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada kedua orangtua, menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan dirimu. Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun bersikap. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi sebaliknya.
Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat lain yang penting jika berteman dengan orang yang shalih. Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan maksiat. Teman yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan. Dia juga akan senantiasa menjagamu baik ketika bersamamu maupun tidak, dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan doanya kepadamu, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada. Dia juga akan membantu menghilangkan kesulitanmu karena persahabatannya denganmu dan kecintaanya kepadamu. (Bahjatu Quluubil Abrar, 148)

Mudharat Berteman dengan Orang yang Jelek

Sebaliknya, bergaul dengan teman yang buruk juga ada dua kemungkinan yang kedua-duanya buruk. Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita. Syaikh As Sa’di rahimahulah juga menjelaskan bahwa berteman dengan teman yang buruk memberikan dampak yang sebaliknya. Orang yang bersifat jelek dapat mendatangkan bahaya bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan dari segala aspek bagi orang yang bergaul bersamanya. Sungguh betapa banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik mereka sadari maupun tidak. Oleh karena itu, sungguh merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman yaitu Allah memberinya taufik berupa teman yang baik. Sebaliknya, hukuman bagi seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang buruk. (Bahjatu Qulubil Abrar, 185)

Kebaikan Seseorang Bisa Dilihat Dari Temannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Jangan Sampai Menyesal di Akhirat

Memilih teman yang jelek akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang jelek sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah berikut :
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan:27-29)
Lihatlah bagiamana Allah menggambarkan seseorang yang teah menjadikan orang-orang yang jelek sebagai teman-temannya di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.

Sifat Teman yang Baik

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata :
وفى جملة، فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال : أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا
Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia” (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).
Kemudian beliau menjelaskan : “Akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh, dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang yang memamahai segala sesuatu sesuai dengan hakekatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang ain. Teman yang baik juga harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman dengannya. Sedangkan orang yang fasik, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan berteman denagn ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan kejelekan bid’ahnya. (Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37)

Hendaknya Orang Tua Memantau Pergaulan Anaknya

Kewajiban bagi orang tua adalah mendidik anak-anaknya. Termasuk dalam hal ini memantau pergaulan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang sudah mendapat pendidikan yang bagus dari orang tuanya, namun dirusak oleh pergaulan yang buruk dari teman-temannya. Hendaknya orangtua memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anaknya, karena setap orang tua adalah pemimpin bagikeluarganya, dan setiap pemimpin kan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Allah Ta’ala juga berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُون
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ (At Tahrim:6).
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga kita dari pengaruh teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama teman-teman yang baik. Wallahul musta’an.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.

Penulis: Adika Mianoki
Artikel Muslim.Or.Id




Nasehat Syaikh Shalih Al Fauzan Dalam Menyambut Ramadhan

Suatu saat, Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah mendapat pertanyaan, “kami mengharapkan dari anda suatu bimbingan dan arahan yang berkaitan dengan kedatangan bulan Ramadhan? Apa yang wajib dilakukan oleh seorang muslim dalam menghadapi hal itu?”
Beliau menjawab :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan pengikutnya, dan segenap para sahabatnya. Amma ba’du.
Tidak lama lagi, hilal bulan Ramadhan yang diberkahi akan muncul dengan membawa berbagai kebaikan dan keutamaan bagi umat Islam. Inilah bulan yang Allah jadikan penuh dengan keberkahan, dimana pada bulan ini [dahulu] diturunkan al-Qur’an.
Allah menetapkan pada bulan itu ada Lailatul Qadar/malam kemuliaan. Allah mewajibkan puasa pada bulan ini kepada segenap kaum muslimin. Dan Allah mensyari’atkan puasa Ramadhan ini bagi seluruh umat Islam.
Siang harinya diwarnai dengan puasa. Malam harinya diisi dengan sholat malam. Dan apa-apa yang ada diantara waktu-waktu itu dihiasi dengan dzikir kepada Allah ‘azza wa jalla serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai jenis ketaatan.
Oleh sebab itu, semua waktu yang ada pada bulan itu penuh dengan keberkahan, semuanya mengandung kebaikan. Dan semuanya merupakan ghanimah/perbendaharaan dan harta yang sangat berharga bagi seorang muslim.
Maka sudah semestinya bagi setiap muslim untuk bergembira dengan datangnya bulan ini; karena pada bulan ini dia akan mendapatkan jalan keselamatan dari berbagai kebinasaan dan kehancuran.
Hal itu dikarenakan bulan ini menyajikan untuknya banyak sekali kebaikan dan sebab-sebab keselamatan, yaitu apabila dia benar-benar memahami agungnya kedudukan bulan ini dan memetik faidah darinya dengan sebaik-baiknya.
Adapun orang yang tenggelam dalam kelalaian atau diliputi kebodohan terhadap keagungan bulan ini, maka sesungguhnya orang semacam itu tidak akan ‘mampu’ membedakan antara bulan ini dengan bulan-bulan yang lain.
Bahkan, bisa jadi dia akan menganggap bulan Ramadhan adalah bulan untuk bermalas-malasan. Bulan untuk menyantap berbagai makanan dan minuman.
Bulan untuk tidur di siang hari dan begadang di malam hari -tanpa faidah- sehingga dia tidak mendapatkan manfaat apa-apa darinya. Bahkan terjatuh dalam dosa.
Karena keburukan/dosa pada bulan itu akan dilipatgandakan dosanya daripada di bulan-bulan yang lainnya dan diberikan ganjaran hukuman yang lebih berat, sebagaimana pula pada bulan itu kebaikan akan diperbesar pahalanya.
Amal kebaikan pada bulan itu akan diperbesar pahalanya di sisi Allah jauh lebih banyak daripada amal kebaikan serupa yang dilakukan pada waktu-waktu selainnya. Demikian pula perbuatan-perbuatan maksiat maka dosanya jauh lebih berat, dan itu semuanya adalah disebabkan kemuliaan waktu yang ada pada bulan ini.
***
Dicuplik dari website beliau : http://alfawzan.af.org.sa/node/7473

Penerjemah: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id

Kamis, 11 Juni 2015

Dikarenakan utang, sulit terampuni dosa. Benarkah itu?

kala iitu, kami masih sama sama minim ilmu mengenai hutang ... dulu ketika temen2 seangkatan mulai mencicil rumah, akupun bilang ke abinya harits, "bi, kayaknya kita segera nyari rumah ya, mumpung belum ada anak, atau anak anak belum sekolah, belum butuh banyak biaya"


jreng jreng jreng,

akhirnya saat anak pertama kami harits lahir, abinya harits, langsung survey banyak lokasi buat nyari rumah, dan dapet beberapa, singkat cerita terbelila rumah dengan cicilan 2,1 jt per bulan dengan jangka waktu 10 tahun...


akhir2 ini abinya harits mulai risau terkait hutangnya, beberapa kali bilang "mi, kalo punya rejeki targetnya : bayar hutang rumah, beli mobil, naik haji, ya"

hehe padahal saya yang miskin ilmu ini bebebrapa kali ngerayu, "bi, gaji ummi kan utuh nii (kami hidup sehari hari dari gaji abinya harits yang goolongan II c di pusdiklat, disana jarang ada tambahan dines dan uang lainnya seperti disetjen, alhamdulillah cukup) nah bagaimana kalo kita mencicil mobil dari gaji ummi, biar uangnya ngumpul (hehe selama ini uang sayaa lebih banyak sy kirim ke ortu atau buat beli kebutuhan yang gak terlalu penting.. hihi)

dilain waktu " bi, tanah belakang rumah dijual, bisa lho dibeli dengan mencicil dr gaji ummi, jadi nanti bisa kapan2 ngeluasin rumah kebelakang"

tapi jawaban abinya harits tetap sama " mari kita hidup tenang tanpa hutang, jangan sampai kegiatan keseharian kita jadi diatur oleh utang"

hehe bener aja, sekarang saya baru mengerti kata kata abinya harits... 

sekarang disaat gaji kami yang masih pas pasan (dibanding temen2) --> uang sisa gaji kami kumpulkan untuk modal, dan diusahakan jangan diambil2 biar terkumpul, alhamdulillah kami selalu merasa cukup, bahkan ketika ada rejekin mendadak, alhamdulillah semua bisa dialokasikan untuk modal dulu,
rumah masih berantakan, gadjet suami masih seadanya, penampilan keluar juga seperlunya saja

alhamdulillah Ya Allah doa kami, cukupkanlah kami, berilah kami rasa qanaah, kecukupan atas rizki yang Engkau beri, aamiin

kami gak meminta lebih banyak lebih banyak, kami hanya meminta cukup,

cukup untuk naik haji, cukup untuk beli mobil, cukup untuk punya rumah, cukp untuk mendidik anak2, cukup untuk orang tua, cukup untuk sedekah, dan kecukupan lainnya


aamiin

ini ada artikel di  rumaysho.com tentang utang....
semoga menjadi pengingat bagi diri yang miskin ilmu ini

lagi lagi terimakasih abu harits, atas segala nasehat dan cintamu yang sederhana untukku ...

Kita bisa lihat pelajaran dari hadits berikut.
Dari Abu Qatadah Al Harits bin Rib’i bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah di depan khalayak ramai. Kemudian beliau menyebutkan pada mereka bahwa jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah) dan beriman kepada Allah adalah sebaik-baiknya amalan. Kemudian ada seorang lelaki yang berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapat Tuan jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau menjawab,
نَعَمْ إِنْ قُتِلْتَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ
Benar, jika kamu terbunuh fii sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang.” Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang engkau katakan tadi?” Orang itu berkata lagi, “Bagaimana pendapat Tuan jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ لِى ذَلِكَ
Benar, jika kamu terbunuh fii sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang. Kecuali kalau engkau memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku.” (HR. Muslim no. 1885).
Hadits di atas menunjukkan bagaimanakah keutamaan jihad dan manfaat beriman kepada Allah. Keduanya disebut sebagai sebaik-baik amalan. Untuk jihad perlu ada kesabaran, niatannya mengharap pahala dari Allah, bukan untuk mengharap dunia, serta tidak pengecut di medan perang. Disebutkan pula bahwa pengampunan dosa bisa diperoleh dari jihad, namun dengan catatan orang yang berutang harus lepas dari utang.
Apa utang yang dimaksudkan di sini?
Adapun yang tercela dalam hadits adalah orang yang berutang dan mampu melunasi utangnya namun enggan untuk melunasi karena khawatir hartanya berkurang atau hilang. Beda halnya jika tidak mampu atau ada udzur untuk melunasi. Lihat Nuzhatul Muttaqin, hal. 122.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Jika seseorang berperang di jalan Allah dengan sabar, mengharap pahala dari Allah, dan tidak bersifat pengecut di medan perang, maka dosa-dosanya akan terampuni kecuali jika ia memiliki utang. Utang ini tidaklah jadi gugur hanya karena yang berperang itu mati syahid. Karena utang adalah hak sesama manusia. Hak manusia mestilah ditunaikan.
Inilah yang menjadi dalil tentang bahayanya berutang. Tidak pantas bagi seorang muslim meremehkan masalah utang. Namun di zaman ini, utang begitu dijadikan hal yang mudah. Ada orang yang sengaja berutang (dengan kredit) padahal ia sebenarnya tidak butuh dengan barang yang ia beli, yang dibeli hanyalah barang tersier (pelengkap saja). Ia membeli barang tersebut dengan kredit atau semacamnya. Nyatanya, barang ia beli saja tidak ia butuh.
Ada orang miskin juga yang membeli mobil dengan harga 80.000 riyal (240 juta rupiah) padahal sebenarnya ia cukup menyewa saja dengan 20.000 riyal. Namun itulah karena kurangnya peduli pada agama dan lemahnya keyakinan.
Kami nasehatkan bahwa hendaklah seseorang tidak mengambil kredit. Kalau memang dibutuhkan, maka ambillah dengan harga yang paling kecil yang mungkin untuk dilunasi. Kurangilah pula untuk berutang.” (Syarh Riyadhis Sholihin, 2: 526).
Kami berdoa, moga Allah memberikan kita ketakwaan, menjauhkan diri dari murka Allah dan mencukupkan kita dengan rezeki yang Allah beri.

Selesai disusun di pagi hari penuh berkah di Pesantren Darush Sholihin, 11 Dzulqo’dah 1435 H
Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh TuasikalFans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoComInstagram RumayshoCom


 


Minggu, 07 Juni 2015

Metode menghafal quran untuk anak

Resume Seminar
Metode menghafal Al-Qur'an untuk Anak
Oleh: Ustadz Muhammad Firman
Masjid Agung Sunda Kelapa, 28 Maret 2015

Pesan Islam kepada setiap keluarga muslim adalah agar menjadikan tujuan "Bersama di dunia hingga ke surga" sebagai visi utama sesuai perintah Allah di dalam QS. At-Tahrim ayat 6:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi tersebut, tidak ada cara selain menciptakan suasana Islami bervisi surgawi di rumah-rumah kita, bukan suasana pasar atau yang lainnya.

Bagaimanakah suasana islami itu?

Ialah suasana seperti di masjidil haram dan masjid nabawi. Dimana setiap sudutnya diisi oleh para penghuni yang tak pernah berlepas diri dari kegiatan melantunkan bacaan Al-Qur'an, majelis ta'lim dan berdzikir kepada Allah SWT. Seperti itu pula yang semestinya dilakukan di rumah-rumah keluarga muslim.

pertama, dakwah antar anggota keluarga. Jangan bosan untuk saling mengingatkan dalam mengerjakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran.

kedua, ta'lim wa ta'allum (belajar dan mengajar). Setiap anggota keluarga hendaknya mengisi waktu dgn aktivitas mencari ilmu dan saling menyampaikan ilmu.

ketiga, senantiasa melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an di rumah.

keempat, senantiasa berdzikir kepada Allah dalam setiap aktivitas.

Yang tak kalah penting adalah peranan rumah sebagai tempat yang utama bagi pendidikan anak, bukan tempat yang lain. Bukankah Allah titipkan anak kepada kita? Maka jangan titipkan lagi kepada orang lain!

Urgensi kegiatan mempelajari Al-Qur'an, salah satunya terdapat dalam QS. Fathir ayat 29.

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi"

Satu hari saja kita lewati tanpa interaksi dengan Al-Qur'an, maka aktivitas yang merugi/sia-sia pasti akan mengisi.

Darimana kita memulai membiasakan anak-anak untuk mempelajari Al-Qur'an?
1. Berikan teladan, biasakan diri kita sebagai orang tua berinteraksi dengan Al-Qur'an,
2. Jaga anak agar tidak banyak bermain yang menyia-nyiakan waktu,
3. Menyediakan waktu khusus dan rutin untuk mempelajari Al-Qur'an.

Metode mengajarkan hafalan Al-Qur'an:
-Talaqqi (menuntun bacaan) ayat per ayat, berulang-ulang sampai dapat terhafal dengan runut
-'Bermain' tebak letak ayat. Minta anak membacakan ayat pada bilangan yang kita sebutkan
-Konkordansi (pengulangan kata). Ajak anak menghitung jumlah kata tertentu dalam 1 surat, 1 juz, dst. Kemudian uji.
-Untuk menguatkan hafalan, ajarkan anak membaca dan menghafal secara mundur, mulai dari ayat terakhir dari suatu surat.

Wallahu a'lam bishshawwab. 😊

Jumat, 05 Juni 2015

10 BERSAUDARA BINTANG AL QUR`AN


 

10 BERSAUDARA BINTANG AL QUR`AN
WUJUD KOMITMEN ALLAH MENJAGA KEMURNIAN AL QUR`AN

sumber : sygma

Alquran adalahsatu-satunya Kitab Suci agama samawi yang terjaga kemurniannya hinggasekarang. Alquran bahkan terbebas dari "ramuan" campur tangan sipenerimanya sendiri, Muhammad, karena ia adalah Nabi yang umi, tidakbisa membaca dan menulis. Selain itu, Alquran sendiri menyatakan bahwaucapan Muhammad itu adalah wahyu (QS An Najm, 53: 3-4).

SebagaiKitab Suci agama samawi, Alquran tentu turun dan diwahyukan dari"langit", dari Yang Mahatinggi. Ada banyak bukti yang tidakterbantahkan mengenai argumentasi ini. Secaranyata, tidak ada seorang manusia pun yang hingga saat ini mampu membuatyang setara dengan Alquran, seperti yang ditantangkan Allah Swt. dalamAlquran. Artinya, sangat jelas, Alquran bukanlah "karya" manusia dantidak ada campur tangan manusia pula di dalamnya.

Secara tertulis, tidak kurang dari 70 ayat dalam Alquran menyatakan bahwa Allah Yang Mahatinggi-lah yang menurunkan Alquran. Selainmenurunkan dan mewahyukan Alquran, Allah Swt. berkomitmen menjagakemurniannya hingga Hari Kiamat. Sebagai salah satu wujud komitmen-Nya,Allah menciptakan jutaan penghafal Alquran di seluruh dunia.Indonesiasendiri memiliki ribuan penghafal Alquran. Fakta ini bisa dengan mudahdilihat di masjid-masjid besar saat bulan Ramadhan. Para imam yangmengimami qiyamullail di masjid-masjid itu hampir rata-rata adalahustadz yang hafal Alquran.

Fakta mutakhir tentang hal ini di Indonesia adalah SEPULUH BERSAUDARAPENGHAFAL ALQURAN. Kesepuluh bersaudara ini tidak lahir dari keluargayang khusus mendalami Alquran. Mereka malah lahir dari ayah yanganggota DPR, sangat sibuk, dan jarang di rumah. Lebih dari itu, ibumereka juga ternyata pemimpin organisasi wanita besar yang memilikicabang di 28 provinsi di Indonesia, sangat sibuk, dan sering sekalipulang-pergi ke luar negeri.Kesepuluhbersaudara ini tidak hanya menjadi bintang dalam hafalan Alquran.Mereka ternyata mampu menorehkan prestasi melangit di sekolahnyamasing-masing. Kesepuluh bersaudara ini adalah:

  1. Afzalurrahman (24th): Hafal Alquran 30 juz, Teknik Geofisika ITB, Ketua Umum Majelis Taklim Salman ITB, peraih Pertamina Youth Program;
  2. Faris Jihady Hanifa (22th): Hafal Alquran 30 juz sejak usia 10 tahun, Fakultas Syariah LIPIA, Juara I Tahfiz Alquran Kerajaan Saudi Arabia;
  3. Maryam Qanitat (20th): Hafal Alquran 30 juz sejak usia 16 tahun, Fakultas Dirasat Islamiyah Jurusan Hadits Al Azhar Islamic University Cairo, Lulusan Terbaik Pesantren Khusnul Khatimah;
  4. Scientia Afifah Taibah (18th): Hafal Alquran 26 juz, Fakultas Hukum Universitas Indonesia;
  5. Ahmad Rasikh Ilmi (17th): Hafal Alquran 15 juz, Lulusan Terbaik SMPIT Al Kahfi;
  6. Ismail ghulam Halim (15th): Hafal Alquran 13 juz, Santri Teladan dan Favorit serta Juara Umum SMPIT Al Kahfi;
  7. Yusuf Zaim Hakim (14th): Hafal Alquran 9 juz, Peserta Pembinaan Pra-Olimpiade Nasional;
  8. Muhammad Syaihul Basyir (13th): Hafal Alquran 30 juz pada saat kelas 6 SD;
  9. Hadi Sabila Rosyad (11th): Hafal Alquran 2 juz; Juara I Lomba Membaca Puisi;
  10. Himmaty Muyassarah (9th): Hafal Alquran 2 juz.

Bagaimana dari seorangayah dan ibu yang supersibuk tersebut lahir sepuluh bersaudara yangmampu menjadi bintang hafalan Alquran? Inilah yang secara gamblangdibahas dalam buku 10 Bersaudara Bintang Al Qur`an.

Buku berdimensi13,5 x 20,5 dengan jumlah halaman xiv + 150 halaman ini membagipenjelasan kisah 10 Bersaudara Bintang Alquran dalam lima bagian.Bagian pertama buku ini menjelaskan bagaimana mereka berkomitmenmenjadi "penjaga" Alquran. Bagian kedua menjelaskan bagaimanakeseluruhan dari keluarga ini berikhtiar membina keluarga qurani.Bagian ketiga menjelaskan bagaimana seluruh keluarga ini menghadapitantangan dan menemukan hikmah dalam menghafal Alquran. Bagian keempatmenjelaskan profil kesepuluh bersaudara bintang hafalan Alquran. Bagianakhir (kelima) dari buku ini ditutup oleh penjelasan dari sudut pandangpsikologis, mengapa menjadi penghafal Alquran itu menjadi sangatpenting.Bukuini tentu mengajarkan keteladanan bahwa menghafal Quran itu bisadilakukan oleh siapa pun, termasuk oleh keluarga yang supersibuksekalipun. Faktanya sudah sedemikian nyata. Oleh karena itu, sejatinyaseluruh keluarga Muslim sudah dapat mulai membiasakan menghafal Alquransejak sekarang. Bagaimana cara dan memulainya? Teladani keluarga 10 bersaudara ini melaui buku 10 Bersaudara Bintang Alquran. Selamat membaca. (Syam)***

Kamis, 04 Juni 2015

ketika engkau selalu mengingatkan surgaku

Bismillah ...

I : nanti, kalo udah dirumah aja, pasti bakalan jauh lebih capek, lebih lelah, sama aja sebenernya sama sama lelah, diibanding diluar malah jauh lebih lelah dirumah,

S : iya sama sama lelah, mungkin malah jauh lebih lelah, tinggal pilih lelah yang belum tentu mengantarkan ke surga atau lelah yang in syaa Allah lebih dekat dengan surganya ummi, abi ridho kalo ummi dirumah aja mendidik harits dan fawwaz


kemudian dilain waktu :

I ; bi, ada tawaran dari pak kepala, pindah deket rumah biar bisa deket dengan anak-anak

S : hayooo, diluruskan lagi niat awalnya, bukan pindah kan?



dan kemudian saya semakin mantap, dengan hadits yang pernah saya tulis disini tanggal 2 juli 2013 yang berbunyi

“Setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya. Imam a’zham (pemimpin negara) yang berkuasa atas manusia adalah ra’in dan ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Seorang lelaki/suami adalah ra’in bagi ahli bait (keluarga)nya dan ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Wanita/istri adalah ra’iyah terhadap ahli bait suaminya dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak seseorang adalah ra’in terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya. ” (HR. Al-Bukhari no. 5200, 7138 dan Muslim no. 4701 dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Makna ra’in adalah seorang penjaga, yang diberi amanah, yang harus memegangi perkara yang dapat membaikkan amanah yang ada dalam penjagaannya. Ia dituntut untuk berlaku adil dan menunaikan perkara yang dapat memberi maslahat bagi apa yang diamanahkan kepadanya. (Al-Minhaj 12/417, Fathul Bari, 13/140).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap ra’in tentang apa yang dibawah pengaturannya, apakah ia menjaganya atau malah menyia-nyiakannya. ” (HR. Ibnu ‘Adi dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Hafizh rahimahullahu dalam Fathul Bari, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)

Sumber >> http://www.salaf.web.id/1155/tanggung-jawabmu-di-rumah-suamimu-al-ustadzah-ummu-ishaq-al-atsariyyah.htm

lelah

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.