Ibnu Qayyim Al-Jauziyah bertutur: ”Jika manusia tahu bahwa kematian mengehentikannya dalam beraktivitas, maka ia pasti akan melakukan perbuatan dalam hidupnya yang pahalanya terus mengalir setelah mati.” semoga catatan ini menjadi salah satunya ... bismillah by: www.familyonline-shop.com

Rabu, 26 Agustus 2015

krisis

Bismillah ...

saat sedang menulis ini, saat ini , saya sedang mengalami krisis percaya diri yang sangat akut, may be ...

NOTED

astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah

mom, i need you now..

oke, mulai sekarang, cukup banyak diem aja,
jangan banyak berkata kata

sip

Kamis, 06 Agustus 2015

Jangan mau diatur orang lain

Jika Allah suka lakukan, jika Allah tidak suka tinggalkan,
Alkisah suatu hari, ada seorang pedagang di sebuah pasar, datanglah seorang pembeli kepadanya, dan terjadilah dialog sebagai berikut:
Pembeli (Pb): “ini harganya berapa bang?” (dengan muka senyum dan ramah)
Penjual (Pj)  : “tuh gak liat ya, kan udah ditulis disitu, baca aja sendiri?” (dengan muka sinis dan sangat menyebalkan)
Pb           : “eh,  Loe jadi penjual kok gitu, gak sopan amat ?” (dengan muka semakin sinis)
Pj            : “suka suka gue donk, dagangan-dagangan gue,apa urusan loe?”
Pb           : “gak mau gue beli dagangannya?”        
Pj            : “gak beli juga gak papa, terserah loe”
Pb           : “dasar pedagang error”
Pj            : “biarin, terserah gue”
Hmm, lalu sang pembeli menyingkir dari tempat tersebut dan datanglah pembeli ke 2:
Pb           : “ini harganya berapa bang?” (dengan muka rapah dan tersenyum)
Pj            : “gak liat ya, itu ka nada tulisannya?” (dengan muka sinis)
Pb           : “oh iya gak liat bang, maaf maaf” (dengan masih tersenyum manis)
Pj            : “maaf maaf, emang mau beli?” (dengan muka sinis)
Pb           : “iya bang, beli 1 kilo ya?” (Dengan tersenyum manis)
Pj            : “yah, Cuma mau beli sekilo doank” (dengan nada sebel)
Pb           : “iya nih bang, rejekinya baru bisa beli sekilo dulu, he” (dengan tetap tersenyum)
Pj            : “nih,”
Pb           : “makasih bang” (dengan muka yang sangat ramah dan menyenangkan
Dan kemudian sang pembeli pertama bertanya kepada pembeli kedua,
Pb1        : “kok bisa sih, pedagang rese gitu, malah senyum senyum n beli disana”
Pb2        : “ah, saya gak mau tingkah saya bergantung dan di atur oleh perbuatan orang lain, biarkan saja orang lain sebel sama saya, sinis sama saya yang penting saya tetap ramah, kalo misalnya orang sinis kita ikut sinis, kalo orang marah kita ikut marah, itu kan namanya kita diatur oleh perbuatan orang lain, saya gak mau seperti itu, biarlah Allah yang mengatur perbuatan dan tingkah saya, karena Allah meminta saya berbuat baik kepada orang lain, berarti saya harus melakukannya”

MMQ, 27 Juni 2011

Manajemen Keuangan Keluarga

Bismillah
Mencoba menuliskan hasil tasqif tanggal 12 Juni 2011, 
 
MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA
Harta adalah amanah Allah, yang kita tidak punya kekuasaan seluas-luasnya untuk menghabiskannya, sesedikit apapun harta yang ktia punya akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah... jadi yang penting bukan bagaimana menghabiskan harta kita tapi bagaimana meningkatkan keberkahan atas harta kita.
Rumah tangga muslim adalah rumah tangga yang dibangun berlandaskan syariat islam, ada nilai keimanan, akhlak yang baik, keutamaan yang mulia,
Sebab-sebab perselisihan yang iasanya terjadi dalam rumah tangga antara lain:
*lemahnya hubungan dengan Allah, yang perlu di ingat, kita sama sama mempertanggungjawabkan kepada Allah atas seluruh amalan-amalan kita,
*tekanan kebutuhan dan kekurangan, hmm... kita harus bisa menggeser antara keinginan dan kebutuhan ...
*keinginan melipatgandakan harta tanpa perhitungan yang matang,
*lemahnya kepercayaan suami istri
*Kurangnya ilmu manajerial
Pengelolaan Anggaran Rumah Tangga:
*menjadi manajer hebat, segala sesuatu tanpa ilmu adalah buta, kita harus banyak belajar dari pengalaman orang.
*mengektifkan harta, semua yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawabannya, harta kita adalah pinjaman, jadi fikirkan bagaimana meningkatkan keberkahan atas harta itu
*tidak konsumtif, harus punya program, dan membiasakan anak tidak konsumtif, misalnya ketika kita pergi belanja dengan anak kita, sebelum belanja tulis apa yang akan kita beli, (kalo Cuma di awang-awang, nanti niatnya Cuma beli sabun sama sikat gigi malah jadi pengen beli nutrijel, perabotan dan yang lain) jadi harus bisa membedakan mana yang benar2 kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan, harus bisa NGEREM, dan kalo kita ngajak anak2 belanja, pesankan kepada anak misalnya “kakak, nanti di supermarket jatah belanja kakak 2000 ya, terserah kakak mau beli apa aja, tapi harganya maksimal 2000” dengan seperti itu mudah2an anak tidak berkeinginan membeli banyak hal yang tidak penting, dan kalo ini sudah dibiasakan nantinya akan melekat pada diri anak, (yang dicontohkan di keluarga sang pembicara, jika pekan ini sang anak membeli sesuatu senilai 1800, pekan depan akan ditagih yang 200, “bunda karena pekan kemarin kakak belinya Cuma 1800 berarti masih ada 200, jadi pekan ini 2200 ya”, atau jika anak berkeinginan membeli sesuatu seharga lebih dari 2000, ia akan berucap “bunda kakak mau beli ini tapi harga nya 2300, nanti yang 300 kakak bayar di rumah ya bunda”.... hmmm..
*menghindari hutang
*disiplin dalam pengeluaran
*dukungan semua anggota keluarga
Prinsip yang perlu dipegang : pengeluaran rutin hanya di biayai pemasukan tetap
Untuk bisa berani mengambil resiko besar kita harus punya program yang detail, karena seringkali kita hanya bangun saat kepepet,
Aturan dalam pengelolaan perekonomian keluarga:
*suami bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga
kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya ,Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.(Qs Anisa:34)
*istri wajib menangani urusan rumah tangga
*mencari usaha yang halal dan baik
*bekerja sesuai dengan batas kemampuan
*melatih anak mengelola uang
Hal-hal yang harus diperhatikan:
*membiasakan menabung (di awal gajian)
*mendahulukan infak
*hati-hati terhadap hutang
*atur pengeluaran
*bedakan kebutuhan dan keinginan
*sediakan dana darurat
*persiapan dana untuk kebutuhan yang akan datang

Misalnya, sebagai contoh, saat gajian, sisihkan 5% misalnya untuk zakat, infak , sedekah (dana ini gak boleh dipinjem untuk yang lain),
Kemudian sediakan dana pelapis , yaitu dana cadangan untuk kondisi darurat misalnya 5 % juga
Setelah itu bikin 4 POS pengeluaran, yaitu logistik, rohani, sekunder, dan tersier
Pos Logistik, adalah kebutuhan pokok sehari-hair kita, misalnya sandang, pangan, papan
Pos Rohani, adalah dana untuk keluarga kita, untuk ummat, untuk haji
Pos Sekunder, misalnya untuk masa depan, seperti sekolah, asuransi, rekreasi.
Pos tersier, misalnya untuk investasi
Mengenai bagian dari pos pos itu disusun berdsarkan musyawarah, dan dalam penyusunan harus realistis dengan kemampuan, dengan prinsip anggaran seimbang dalam posnya, fleksibel dalam pelaksanaannya
*saya tidak mengikuti hingga akhir acara karena harus “ngejar” kereta ke bogor hari itu ...
Silahkan menambahkan, semoga bermanfaat

Senin, 03 Agustus 2015

Target = #utanglunaskpr2015

katanya mimpi itu harus di tulis, target itu harus di tulis, biar makin tertanam di otak, makin semangat ...


Bismillah, teringat postingan beberapa waktu lalu tentang utang disini hingga kemuldian ada beberapa temen fb yang share tentang utang bank, termasuk kpr syariah, selama ini kami menganggapnya gpp lah, toh itu kan udah di halalkan oleh negara, kalo kita gak percaya sama negara mau percaya sama siapa coba?

tapi kembali menilik tulisan tulisan ustadz yang di share kami mulai makin gelisah, sampe2 saya nyeletuk ke suami, "bi utang kpr nya masih lama takut dosa ribanya makin banyak, gimana kalo sekarang kita alihkan utangnya ke tempatnya ustadz erwandi yang BMT bintaro, katanya itu beneran murni syariah lho, soalnya kemarin baca gini gini tentang KPR syariah (sambil ngejelasin yang kmrn dibaca) :

bisa juga baca disini muslimorid

atau disini konsultasisyariah

Berikut kesimpulan terkait beberapa hal yang layak untuk dipersoalkan secara hukum syari’at:
1. Dalam aturan syariat, barang yang dijual secara kredit, secara resmi menjadi milik pembeli, meskipun baru membayar DP.
2. Nilai 80% yang diberikan bank, hakikatnya adalah pinjaman BUKAN kongsi pembelian rumah. Dengan alasan:
  • Bank tidak diperkanankan melakukan bisnis riil. Karena itu, bank tidak dianggap membeli rumah tersebut.
  • Dengan adanya DP, sebenarnya nasabah sudah memiliki rumah tersebut.
  • Dalam praktiknya, bank sama sekali tidak menanggung beban kerugian dari rumah tersebut selama disewakan.
3. Konsep KPR syariah tersebut bermasalah karena:
  • Uang yang digunakan untuk melunasi pembelian rumah statusnya utang (pinjaman) dari bank.
  • Nasabah berkewajiban membayar cicilan, melebihi pinjaman bank.
  • Jika bank syariah menganggap telah membeli rumah tersebut maka dalam sistem KPR yang mereka terapkan, pihak bank melanggar larangan menjual barang yang belum mereka terima sepenuhnya.
Keterangan di atas adalah ringkasan dari artikel yang diulas Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi dalam majalah Pengusaha Muslim edisi 24, yang secara khusus mengangkat tema studi kritis produk perbankan syariah.

atau pernah baca di artikel lain bahwa dalam KPR syariah ada dua akad dalam satu transaksi , sperti disni pengusahamuslim

“Rasululloh shallallahu `alaihi wa sallam melarang dari dua transaksi jual beli dalam satu jual beli” (HR at-Tirmidzi dan dishohihkan al-Albani dalam Irwa’ al-Gholil 5/149).

 ah, dan  sebenernya banyak mungkin hal hal yang berkaitan dengan ini, tapi selama ini masih menutup mata ... alhamdulillah banyak teman2 yang sayang dan kemudian mengingatkan, dan inilah yang menjadi cambuk buat kami untuk segera berazzam melunasi utang, sampe sampe suami dateng langsung ke bank menanyakan prosesi KPR kita tinggal berapa utangnya, dan jreng jreng ternyata masih 130an juta (kalo nglunasin akhir tahun ini) , padahal udah nyicil hampir 3 tahun masing2 2,1 juta yang artinya udah 75 juta lebih dari utang awal 152 juta...  wew ternyata cuma berkurang dikit, tapi Bismillah , semoga benar2 bisa merealisasikan target kita, utang lunas 2015 ... Bismillah Ya Allah mudahkan urusan kami, mudahkan niat kami dalam melunasi utang.

hadits dari ‘Abdullah bin Ja’far, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ

Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Sedangkan ada dalil yang menegaskan tentang bahaya berutang, di antaranya adalah do’a Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat yang meminta perlindungan pada Allah dari sulitnya utang.
Dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَانَ يَدْعُو فِى الصَّلاَةِ وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ » . فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنَ الْمَغْرَمِ قَالَ « إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ  .

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di dalam shalat: Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak hutang).” Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa engkau sering meminta perlindungan dari hutang?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.” (HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 589).