Ibnu Qayyim Al-Jauziyah bertutur: ”Jika manusia tahu bahwa kematian mengehentikannya dalam beraktivitas, maka ia pasti akan melakukan perbuatan dalam hidupnya yang pahalanya terus mengalir setelah mati.” semoga catatan ini menjadi salah satunya ... bismillah by: www.familyonline-shop.com

Rabu, 28 Agustus 2013

Tarbiyatul Aulad Part 1

menuliskan catatan kajian ust. abdurahman di DJA tanggal 28 Agustus 2013
  • Dalil mengenai kewajiban mendidik anak ada di surat At Tahrim ayat 6 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim 66:6) 
  • Thaha 132 yang artinya Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat & bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yg memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adl bagi orang yg bertakwa. Dan perintahkanlah keluargamu serta umatmu mengerjakan sembahyang dan hendaklah engkau tekun bersabar menunaikannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, (bahkan) Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan (ingatlah) kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. 
      
    jadi jangan hanya yang terus difikirkan bagaimana anakmu mendapat materi yang berlimpah tanpa memperhatikan kualitas ibadahnya dalam menyembah Allah, bagaimana shalatnya, puasanya, dll

    Allah juga memuji hambaNya yang berdo'a tidak hanya untuk dirinya tapi juga untuk keluarganya, seperti doa berikut ini :
    Rabbana hab lana min azwajina wa zurriyatina qurrata a’ayun, wajaalna lill mutaqiina imama.” 
    Artinya: “Ya Tuhan kami berikanlah kepada kami pasangan dan anak-anak (zuriat) yang menjadi penyejuk mata dan jadikanlah kami pemimpin kepada orang yang bertakwa.”~
     
     dan doa itu juga harus diiringi dengan usaha yaitu dengan mendidik, seperti kata imam syafi'i : "orang yang berdoa tanpa berusaha tidak mungkin berhasil seperti kapal yang berjalan di daratan"

    seperti yang dikatakan ibnu umar :


    “Setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya. Imam a’zham (pemimpin negara) yang berkuasa atas manusia adalah ra’in dan ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Seorang lelaki/suami adalah ra’in bagi ahli bait (keluarga)nya dan ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Wanita/istri adalah ra’iyah terhadap ahli bait suaminya dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak seseorang adalah ra’in terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya. ” (HR. Al-Bukhari no. 5200, 7138 dan Muslim no. 4701 dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
      Makna ra’in adalah seorang penjaga, yang diberi amanah, yang harus memegangi perkara yang dapat membaikkan amanah yang ada dalam penjagaannya. Ia dituntut untuk berlaku adil dan menunaikan perkara yang dapat memberi maslahat bagi apa yang diamanahkan kepadanya. (Al-Minhaj 12/417, Fathul Bari, 13/140). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
    “Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap ra’in tentang apa yang dibawah pengaturannya, apakah ia menjaganya atau malah menyia-nyiakannya. ” (HR. Ibnu ‘Adi dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Hafizh rahimahullahu dalam Fathul Bari, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)


    meski ulama pun berbeda pendapat mengenai kapan orang tua lepas dari tanggungjawab anaknya ,ada yang berpendapat saat anak itu mencapai usia baligh, ada juga yang berpendapat saat anak tersebut menikah, tapi yang jelas ketika kita melepaskan anak tersebut (baligh/menikah) tanpa mengajarkan anak tersebut shalat, dan menyembah Allah, maka ia akan membebani kita di akhirat nanti ...

    Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari kakek Ayub Bin Musa Al Quraisy dari Nabi saw bersabda, “ tiada satu pemberian yang lebih utama yang diberikan ayah kepada anaknya selain pengajaran yang baik.”

    Thabrani meriwayatkan dari Jabir Bin Samurah bahwa Rasulullah saw bersabda, “ bahwa salah seorang di antara kalian mendidik anaknya, itu lebih baik baginya dari pada menyedekahkan setengah sha’ setiap hari kepada orang-orang miskin.”

     jadi jangan ragu memilih sekolah terbaik untuk pendidikan agama anak kita, atau bahkan mengambil guru ngaji dengan berbayar mahal khusus untuk mendidik anak kita, orang orang dulu rela membeli budak alim dengan bayaran mahal untuk mendidik anaknya agar menjadi shalih karena salah satu penyelamat kita adalah agama anak anak kita.

    seperti ulama terdahulu, mereka tidak memikirkan berapa warisan harta yang diberikan kepada anaknya ketika ia meninggal, tapi bagaimana bisa meninggalkan anak dengan kualitas agama yang bagus/ menjadi anak shalih

    Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa'u Ghalil, no. 247)

    jangan salah, syarat memukul itu salah satunya tidak menimbulkan bekas, jadi ketika kita memukul dengan meninggalkan bekas meski hanya merah, bukan itu yang dimaksud dalam hadits ini

    memukul ini untuk agar anak tau bahwa kita marah ketika anak melanggar perintah Allah dengan tidak mengerjakan shalat ...

    to be continued


Tidak ada komentar:

Posting Komentar