Resume kajian by ust. Budi Dharmawan
“Wahai
orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa ukuran
keberhasilan kita di dalam meniti karir keluarga kita diukur dari sejauh mana
kita menghantarkan seluruh anggota keluarga kita ke gerbang pintu surga atau
tidak, ketika kita gagal untuk menghantarkan seluruh anggota keluarga kita
untuk masuk ke gerbang pintu surge berarti kita telah gagal dalam karir
keluarga kita.
Dalam hidup ini, sekurang-kurangnya kita mempunyai 3
karir, yaitu karir pendidikan, karir pekerjaan dan karir keluarga, karir
pendidikan ada selesainya, karir pekerjaan ada pensiunnya, akan tetapi karir
keluarga tidak berhenti tujuh turunan. Setelah hari ini kita membentuk
keluarga, bahkan akan kita demonstrasikan seumur hidup kita. Dan bahkan jika
pada hari ini, di dunia kita telah berhasil membentuk keluarga sakinah, maka
kita akan dipertemukan insyaAllah dengan keluarga kita di surga nanti. Sehingga
menjadi jelas bahwa karir keluarga bukan hanya karir dunia, tapi dapat menembus
dimensi akhirat nanti. Oleh karena itu, menjadi penting bagi setiap kita untuk
senantiasa melakukan introspeksi, siapapun kita, apapun status kita, dan
dimanapun kita berada, setiap kita akan kembali ke rumah. Jika pada hari ini
kita kembali ke rumah seabagai anak, mungkin pada kesempatan lain kita
kembali sebagai suami/istri, sebagai
ayah/ibu untuk anak anak kita, sebagai menantu, sebagai mertua atau sebagai
kakek dan yang jelas kita akan kembali ke rumah. Yang jadi masalah adalah
apakah kita akan kembali ke rumah kita sebagai orang yang terbaik di rumah itu
atau tidak, karena Rasulullah sendiri bersabda “sebaik-baik kamu adalah yang
terbaik untuk keluargamu”
Apabila setiap anggota kembali ke rumah dengan niat
untuk menjadi yang terbaik, maka baru disitulah kita akan menemukan apa yang
disebut sebagai keluarga sakinah. Dan ini merupakan modal awal. Jika kita
berbicara masalah keluarga, maka adalah satu persoalan yang menyangkut hidup
kita selamanya, berbeda ketika kita berbicara persoalan-persoalan yang lain.
Ini merupakan satu hal yang ideal ketika kita bisa mengantarkan seluruh anggota
keluarga kita ke surga. Dan menjadi penting bagi kita untuk melihat bagaimana
sebenarnya visi kita dalam berkeluarga.
Ibarat orang yang bekerja mengerjakan suatu pekerjaan,
ternyata antara satu orang dengan orang yang lain, boleh jadi memiliki visi
yang berbeda. Ketika seorang pelancong datang menemui 7 orang yang bekerja
membangun sebuah bangunan, dan bertanya : “Bapak, apa yang sedang Bapak
kerjakan?” berikut ini macam-macam jawaban mereka:
Pekerja 1 : dengan
seenaknya menjawab “lihat aja sendiri”
Pekerja 2 : “saya
sedang membangun tembok”
Pekerja 3 :“saya
sedang membangun sebuah bangunan”
Pekerja 4 : Tersenyum
sambil mengatakan “saya sedang membangun sebuah masjid”
Pekerja 5 : Tersenyum
lebih lebar dan mengatakan “saya sedang membangun sebuah peradaban dunia”
Pekerja 6 : Tersenyum
lebar dan wajahnya berseri-seri dan
mengatakan “saya sedang membangun rumah saya disurga”
Pekerja 7 : “saya
sedang membangun sebuah peradaban dunia dan juga membangun rumah saya di surga”
Jelaslah disini
kita, bahwa visi kita dalam membangun keluarga adalah seperti seorang pekerja
yang sedang membuat bangunan, maka kita milikilah visi yang paling jauh dan
luas, kita tidak sekedar membangun keluarga sekolah tapi lebih dari itu.
Untuk itu menjadi
penting bagi kita untuk belajar. Dalam masyarakat Indonesia, jika kita
umpamakan masyarakat Indonesia dalam sebuah album, maka sekurang-kurangnya ada
5 potret keluarga,
1. Potret keluarga arena tinju
Adalah satu keluarga dimana suami dan istri dalam
kehidupan rumah tangga selalu diwaranai percekcokan. Ada orang yang mengatakan
“Setiap di cek gak pernah cocok, makanya cekcok”. Tapi yang jelas dalam potret
keluarga arena tinju ini, suami dan istri tidak pernah berada pada sudut yang
sama, ketika suami berdiri di sudut merah, maka sang istri berdiri di sudut
biru. Masing masing pihak selalu berusaha melancarkan aksinya untuk mengalahkan
lawannya.
2. Potret keluarga Pasar
Adalah satu keluarga dimana suami dan istri dalam
kehidupan rumah tangga mereka, mereka terlalu main itungan, masing-masing pihak
tidak mau member lebih banyak kepada pasangan hidupnya atau masing-masing pihak
tidak mau memberi sebelum mereka menerima. Masing-masing pihak merasa
dirinyalah yang lebih banyak berkorban dalam rumah tangganya, apakah itu waktu,
tenaga, fikiran, dll. Sehingga ketika seorang istri ngambek kepada suaminya, ia
akan berkata, “akang ini enak ya, keluar rumah terus, saya ini kang, di rumah
terus yang korban perasaan”. Disini si istri sedang ingin mengkomunikasikan
kepada suaminya bahwa ia yang lebih banyak berkorban yaitu korban perasaan.
3. Potret keluarga Sekolah
Adalah satu keluarga dimana suami, istri, dan
seluruh anggota keluarganya dalam kehidupan rumah tangganya dipenuhi dengan
warna warni, saling asah, saling asih, dan saling asuh. Saling asah berarti
mereka saling memberi informasi saling membagi ilmu. Saling asih berarti mereka
saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling asuh berarti saling dukung dan
saling peduli.
4. Potret keluarga Rumah Sakit
Adalah satu keluarga dimana pola hubungan suami dan
istri dalam kehidupan rumah tangga mereka ditandai dengan pola seperti dokter
dan pasien. Adakalanya pasien butuh dokter, tapi adakalanya juga dokter yang
butuh pasien. Sangat bergantung dari status sosial ekonomi dari sang pasien. Kalau
misalnya pasien berasal dari keluarga ekonomi rendah dan ia mendapatkan seorang
dokter yang tidak mensyaratkan sejumlah uang muka untuk rawat inap, maka pada
saat itulah ia merasa sang pasien butuh dokter. Dalam sebuah anekdot, dalam
sebuah lelucon misalnya, dokter mengatakan “waduh bapak ini gimana, jantungnya
udah busuk, bagaimana kalo jantungnya dicopot aja pak?” lalu sang pasien
menjawab “iya pak dokter, yang penting sembuh”. Nah dalam titik ini bisa
dilihat sang pasien sudah pasrah, jadi si pasien sudah lupa bahwa jika
jantungnya di lepas, bukan hanya penyakitnya yang hilang, tapi lebih dari itu,
nyawanya juga akan hilang. Akan tetapi jika si pasien berasal dari status
ekonomi yang tinggi, maka ia tidak butuh dokter. Karena ia punya uang banyak,
dengan uangnya ia bisa membayar banyak dokter pribadi. Bahkan ada seorang
pasien di Indonesia, ia tidak hanya punya satu dokter pribadi tapi 13, untuk
jantungnya sendiri, ginjalnya sendiri, paru-parunya sendiri, jadi sebenarnya
sang pasien tidak punya dokter pribadi, yang punya dokter pribadi adalah
organ-organ tubuhnya. Ketika ada salah satu anggota keluarganya terkena ekstasi
dan dalam aliran darahnya sudah mengalir drug, dan dari hasil pemeriksaan
dokter sudah positif. Maka dipanggilah si dokter itu “pak dokter, saya tidak
mau wartawan sampai tau kasus anak saya, kalo wartawan sampai tau kasus anak
saya, bapak akan saya pecat sebagai dokter pribadi saya” dan sang dokter hanya
dapat mengatakan “iya, baik pak”. Disini kondisinya terbalik, bukan sang pasien
butuh dokter tapi dokter yang butuh pasien. Sehingga ketika seorang istri di
potret keluarga rumah sakit ini marah pada suaminya, ia akan berkata “halah,
mas ini apa, kalo dulu mas gak nikah sama saya, ma situ miskin, mas kaya karena
dikasih perusahaan sama orang tua saya, coba mas lihat, mobil, rumah, semua
dari siapa mas? Dari orang tua saya”. Atau sebaliknya ketika suami marah, ia
akan berkata “halah kamu ini apa, kalo dulu kamu tidak saya pungut jadi istri,
kamu tuh jadi apa”. Mereka hidup bersama, tetapi mereka tidak saling angkat,
tapi saling ungkit.
5. Potret keluarga Kuburan
Adalah satu keluarga dimana pola hubungan suami dan
istri dalam kehidupan rumah tangga mereka selalu bersama, tapi mereka tidak
pernah bertegur sapa. Jadi pola berumah tangga mereka, seperti bertetangganya
dua buah kuburan, di bawah naungan pohon kamboja.
Semoga, dalam kehidupan keluarga kita, kita bisa
memilih potret keluarga terbaik, dan bisa mengantarkan seluruh anggota keluarga
kita ke surga kelak. Aamiin …
Jazakumullah
khair buat yang telah memberi saya banyak file2 kajian tentang
pernikahan dan rumah tangga, buat yang ingin memilikinya juga, silahkan
coment disini, ada sekitar 1 Gb lebih....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar